Monday, May 24, 2010

UAS

Diawali dengan BISMILLAHIRROHMANIRROHIIM....
Semoga lancar!!!!!.....^^

Monday, March 8, 2010

"HIDUP KITA; Tugas 3"

“Hidup bagaikan roda yang berputar,” rangkaian kata-kata klise yang pasti sering Anda dengar. Ya, tidak ada yang salah dengan kalimat ini, hanya mungkin banyak penyempitan di dalamnya, karena hidup yang begitu rumit dengan dinamika dan gelombangnya diumpamakan hanya dengan sebuah benda bundar yang dinamakan ‘roda’. Namun, begitulah hidup, kadang kita dibawa naik ke atas dan kadang terhempas kebawah, kadang kita bahagia dan kadang bersedih.

Sebagian besar orang mungkin tidak akan takut dan bingung saat roda kehidupan mereka membawa mereka kepuncak dan merasakan kenikmatan hidup, namun, yang menjadi masalah adalah saat roda ini turun dan mulai terbalik dan terhempas kebawah. Banyak orang yang tidak sanggup dan mencari jalan pintas atas masalahnya, tanpa mereka sadari jalan yang mereka pilih itu akan semakin menimbulkan lebih banyak masalah.

Tuhan menciptakan manusia dengan kehidupannya untuk membangun dan memperkokoh jiwanya. Pengalaman-pengalaman yang kita lalui akan memberikan hikmah yang akan berdampak positif bagi diri kita dan orang lain, baik itu pengalaman yang menyenangkan ataupun menyedihkan. Pengalaman sedih dibutuhkan bagi manusia agar menjadikan hatinya semakin kokoh dalam menghadapi kehidupan yang yang akan dijalaninya di kemudian hari. Seperti tanah, akan semakin bagus apabila sering dicangkul, dibajak, dan dicampuri pupuk, bukan tanah yang diam dan keras tanpa cangkulan yang membuatnya gembur.

Setiap manusia berbeda dalam menghadapi masalah, masing-masing kita memiliki cara dan kiat dalam menyelesaikan masalah. Ada orang yang hanya dapat meratapi masalahnya tanpa berbuat apapun, ada yang terus berusaha mencari jalan terbaik atas masalahnya, ada pula yang membiarkan masalahnya berlalu tanpa harus terlalu dipikirkan, dan ada yang dengan enjoy menikmati masalahnya. Perbedaan ini tergantung pada cara pandang kita akan sebuah masalah, karena yang menjadi masalah bukanlah persoalan apa yang datang pada diri kita, namun bagaimana feedback yang kita berikan saat masalah itu datang.

Oleh karena itu, inti dari persoalan yang kita hadapi adalah pikiran kita. Warna hidup akan tergantung dari warna kacamata yang kita pakai. Saat kita memakai kacamata yang suram, maka hidup akan terlihat suram, saat kita memakai kacamata berwarna terang, maka hidup akan terlihat terang. Maka, kacamata mana yang Anda pilih?

Saya pribadi, tidak akan memilih kedua jenis kacamata tersebut. Karena saya akan lebih memilih kacamata dengan warna bening. Kenapa? Karena saat kita memakai dan mensetting pikiran kita dengan bening dan jernih, maka warna dunia akan terlihat dengan kejujurannya, warna sebenarnya. Putih akan terlihat putih dan hitam akan terlihat hitam.

Jadi, pandanglah hidup sebagai sebuah wadah untuk meraup pelajaran dan pengalaman sebanyak-banyaknya, pandanglah hidup dengan kejujurannya yang penuh dengan sensasi dan kejutan, dan nikmatilah hidupmu. Karena bagaimanapun diri kitalah yang akan tahu dan mengerti jalan mana yang terbaik untuk diri kita, dan perjuangan kita jualah yang nantinya akan menggiring kita menuju jalan hidup kita. Temukan jalan hidupmu dengan hati dan pikiran jernihmu teman, dan tetaplah optimis!! SEMANGAT!!

Didedikasikan untuk sahabat-sahabat dan saya sendiri yang sedaang berjuang menyelesaikan dan menghadapi masalahnya masing-masing. Kata lagunya Avril Lavigene: KEEP HOLDING ON, TOGETHER WE STAND, GUYS!!


-^.^-

Friday, February 26, 2010

Tugas Proyek Kecil

Judul proyek : Bekerja dengan Pemikir Operasional Konkret

Mengacu pada Piaget, ada empat tahap perkembangan kognitif dari setiap individu yang berkembang secara kronologis, yaitu : tahap sensorimotor, tahap pra-operasional, tahap operasional konkret, dan tahap operasional formal. Dalam melewati tahapan-tahapan tersebut, individu tersebut akan dibedakan berdasarkan usia dan jalan pikran mereka. Dalam hal ini, tahap yang akan kami angkat secara lebih mendalam adalah tahap operasional konkret yang berada pada rentang usia 7-11 tahun.
selanjutnya
Proposal klik disini

dokumentasi foto


Nama Kelompok:

09-027 Risky Amelia
09-029 Chairuna Syahputri Nst
09-057 Fadhilla Azwani
09-069 Shoffa Malini
09-087 Rini Wulandari

Sunday, February 21, 2010

“Antara Copas (copy-paste), Academica, dan Ubiquitous Computing; Tugas 2”

Teknologi, merupakan hal yang sedang hangat dibicarakan karena kehebatan dan kepraktisannya membantu manusia dan menutupi keterbatasan manusia dalam hidupnya. Jika ditinjau dari maknanya, teknologi berasal dari bahasa Perancis, yaitu La Teknique yang dapat diartikan sebagai “semua proses yang dilaksanakan dalam upaya untuk mewujudkan sesuatu secara rasional”. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia bahkan sudah tidak bisa lagi dipisahkan dari teknologi, yang telah mempermudah dan memberikan banyak manfaat pada penggunanya.

Namun, terlepas dari kata teknologi yang erat dengan benda-benda canggih nan millennium ‘hasil karya’ manusia, sebenarnya dari munculnya teknologi juga telah menjadi pencipta atau sistem yang dapat membuat suatu budaya baru, komunitas baru, bahkan dunia baru yang menghubungkan manusia di seluruh dunia. Inilah yang mengakibatkan munculnya era ubiquitous computing.

Ubiquitous Computing

Ubiquitous computing salah satu budaya yang muncul dari berkembang pesatnya teknologi. Ubiquitous yang artinya adalah ‘ada dimana-mana’, jika digabungkan dengan computing, maka akan memiliki arti ‘komputer ada dimana-mana’. Maksudnya, komputer yang dulu digunakan secara terbatas oleh beberapa orang saja, namun kini telah mencapai tahap “one person, many computers”, karena komputer sudah dapat ditemukan dimana saja, dan dipakai oleh siapa saja, baik di handphone, mesin game, dan lainnya.

Dari fenomena yang telah ditimbulkan teknologi, pasti ada keuntungan dan kerugian yang didapat. Salah satunya yaitu komputer dan internet yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi dalam kehidupan akademik maupun sosial kita. Salah satu budaya yang terus meningkat dan berkembang dari masuknya teknologi kedalam civitas academica adalah copy paste dan e-learning. Di bidang akademik, tidak sedikit murid, mahasiswa, bahkan dosen yang memanfaatkan ‘kepraktisan’ yang tersedia ini.

e-learning

Ditinjau dari kata per kata, istilah e-learning berasal dari kata electronic dan learning, yang berarti adalah belajar dengan menggunakan alat elektronik atau teknologi komputer, internet, dan lainnya. Dengan e-learning ini, pelajar dapat melakukan proses belajar dalam jarak jauh, tanpa bertemu langsung atau face to face. Media dalam e-learning tidak hanya dengan jaringan internet atau komputer, namun juga dapat menggunakan CD/DVD.
Ada beberapa pengertian berkaitan dengan e-learning sebagai berikut:
•Pembelajaran jarak jauh,
•Pembelajaran dengan perangkat komputer,
•Pembelajaran formal vs informal,
•Pembelajaran yang ditunjang oleh para ahli di bidang masing-masing.

Keuntungan menggunakan e-learning sangat banyak, diantaranya adalah;

•Menghemat waktu proses belajar mengajar,
•Mengurangi biaya perjalanan,
•Menghemat biaya pendidikan secara keseluruhan (infrastruktur, peralatan, buku),
•Menjangkau wilayah geografis yang lebih luas,dan
•Melatih pelajar lebih mandiri dalam mendapatkan ilmu pengetahuan.

Namun, dari beberapa keuntungan yang didapat dari e-learning, ada beberapa kerugian yang ditimbulkannya. Dengan munculnya budaya ini, maka didapatilah budaya buruk yang ditimbulkannya, salah satu yang sangat merajalela adalah budaya “copy paste”.

Copy Paste

Salin tempel atau yang lebih dikenal dengan istilah copy paste, merupakan hal yang kini sangat sering kita temui. Terutama dalam bidang akademik, copy paste sering sekali dilakukan oleh para murid, mahasiswa bahkan dosen. Kepraktisan dan keinstanan yang ditawarkan dengan adanya teknologi ini membuat sebagian orang melakukannya. Sebenarnya, copy paste merupakan hal yang tidak dilarang, asalkan mencantumkan sumber dan nama penciptanya, namun, keinginan sukses dengan cara singkat membuat sebagian orang terperosok di dalamnya.

Saya pernah mendengar salah satu dosen saya di Fakultas Psikologi USU, Ibu Fillia Dina Anggraeni, M.Pd memberitahu bahwa ada seorang ‘profesor copas’ yang terbukti mendapatkan gelar professor dari hasil copy paste. Dan juga, hasil penelitian mengenai meningkatnya budaya ini juga terlihat dari besarnya persentase angka yang menunjukkan tingkat copy paste yang dilakukan oleh para guru yang melakukan sertifikasi.

Jadi, tidak dapat dipungkiri bahwa kemudahan dan kepraktisan yang ditawarkan teknologi tidak hanya membantu meningkatkan pengetahuan semata, namun juga memerosotkan kemampuan berpikir dan kreativitas penggunanya. Oleh karena itu, ambil sikap teratur dan bijaksana saat kita hendak meraih cita-cita dan kesuksesan, jangan hanya berpikir instan.



DAFTAR PUSTAKA
Santrock, J.W. (2009). Psikologi Pendidikan (edisi 3). Jakarta: Salemba Humanika
Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: CV Alfabeta
www.wikipedia.com
www.google.com

Wednesday, February 10, 2010

hasil diskusi 2

Ibu Dina memberikan kami permainan kelompok yaitu menyuruh kami untuk membuat kapal layar sebanyak-banyaknya yang dilengkapi oleh tiga komponen dasar yang terdiri dari layar, tiang dan badan kapal dengan waktu yang ditentukan. Setelah itu semua kapal yang telah dibuat oleh masing-masing anggota dijumlahkan. Kami hanya bisa membuat 38 kapal. Sedangkan kelompok lainnya bisa sampai ratusan, sehingga kami berada di urutan yang paling akhir. Kemudian kami diberikan semacam tusuk sate yang diatasnya terdapat gambar binatang (tidak semua anggota mendapat gambar binatang yang sama). Setelah itu kami disuruh untuk membuat kalimat yang didalamnya terdapat kata binatang dan juga jumlah dari masing-masing kapal yang kami buat. Kemudian kalimat dari masing-masing anggota disatukan dan dijadikan sebuah paragraf. Dan kami harus mempresentasikannya. Paragraf yang kami dibuat yaitu “Pada hari minggu pagi, adik dan ibu pergi berlibur ke rumah kakek dan nenek. Di rumah kakek dan nenek saya ada 10 ekor ayam. Kemudian ayam kakek bertelur sebanyak 7 butir. Di rumah kakek dan nenek, adik memelihara ikan mas koki. Ikan mas koki adik ada 8 ekor. Pada sore harinya, ibu menjual 8 ayam betina di pasar dari hasil ternak kakek. Kemudian sepulangnya dari pasar, ibu membeli 5 bungkus sate ayam untuk makan malam bersama kakek dan nenek.” Dari permainan tersebut, maka hal positif yang dapat diambil adalah kita dapat melatih berpikir cepat, memberi alasan yang logis, serta melatih kekompakkan kerja didalam tim.


testimonial:

Media pembelajaran yang simple namun menarik, membuat keadaan kelas menjadi bersemangat dan juga dengan adanya media pembelajaran, dapat meningkatkan ketertarikan para peserta didik untuk dapat mengerti dan melakukan kegiatan belajar dengan riang.
jadi, pentingnya media pembelajaran digunakan dan dimanfaatkan dalam suatu proses belajar mengajar.



Nama Kelompok :
09-027 Risky Amelia
09-029 Chairuna Syahputri Nst
09-057 Fadhilla Azwani
09-069 Shoffa Malini
09-087 Rini Wulandari

“Belajar Menuju Pembelajaran Aktif; tugas 1”

Belajar merupakan kegiatan yang pasti terjadi dalam hidup manusia. Dari bayi hingga dewasa, kegiatan ini akan selalu berlangsung, baik disadari maupun tidak disadari, baik di lembaga formal maupun lingkungan sekitar (nonformal). Begitu pula saya, dapat tumbuh dan berkembang seperti sekarang juga karena karena proses belajar. Kebanyakan orang, menganggap belajar adalah proses yang hanya terjadi di lembaga formal, seperti sekolah ataupun kampus. Namun, di lingkunganpun kita bisa belajar dari orang-orang di sekitar kita.

Pembelajaran Berpusat pada Peserta Didik (Learner Centered Training)

Sewaktu saya masuk di kelas VII ( I SMP ), beberapa sekolah di Indonesia termasuk sekolah saya sudah mulai menjalankan sebuah kurikulum baru dari pemerintah yaitu system Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), dalam kurikulum ini, menekankan pada kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan suatu jenjang pendidikan. Kompetensi yang sering disebut dengan standar kompetensi adalah kemampuan yang secara umum harus dimiliki lulusan. Kompetensi menurut Hall dan Jones (1976: 29 ) adalah “pernyataan yang menggambarkan penampilan suatu kemampuan tertentu secara bulat yang merupakan perpaduan antara pengetahuan dan kemampuan yang dapat diamati dan diukur”. (www.ditpertais.net/swara/warta17-03.asp).

Dan dalam kurikulum ini, ditekankan bahwa para siswa harus menjadi pembelajar aktif (actif learner) karena menggunakan system pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (Learner Centered Training). Awalnya, saya merasa sangat kesulitan dengan sistem yang baru saya jalani ini, karena setiap materi yang baru,dijelaskan dengan cara presentase dengan teman-teman saya sendiri yang juga belum terlalu menguasai materi tersebut. Disetiap mata pelajaran dilakukan diskusi yang tidak jarang kemudian akan menjadi sebuah acara ‘debat terbuka’. Kekeliruan atau ketidaksempurnaan berjalannya sistem ini dikarenakan kami (para pengajar dan murid) masih dalam tahap belajar, atau yang lebih tepat disebut belajar menuju pembelajaran aktif. Sang pengajar yang sedang belajar untuk menyesuaikna dengan kurikulum baru itu, dan juga para murid yang juga sedang belajar mengendalikan diri dan lebih aktif untuk mencari informasi sebanya-banyaknya serta mempersiapkan bahan sebelum materi pelajaran dipresentasekan. Namun, setelah menjalaninya, banyak manfaat yang bisa didapat dari sistem ini.

Manfaat Pembelajaran Berpusat pada Peserta Didik

Pembelajaran berpusat pada peserta didik merupakan pembeajaran yang lebih berpusat kepada kebutuhan, minat, bakat dan kemampuan peserta didik, sehingga pembelajaran akan menjadi sangat bermakna.
Dalam buku Kurikulum Berbasis TIK karya DR.Munir, M.IT, manfaat dari sistem pembelajaran ini adalah:
• Peserta didik akan lebih termotivasi untuk belajar walaupun ia tidak diawasi oleh pengajarnya.
• Peserta didik ikut serta dalam merumuskan, mengembangkan, dan memproses materi pembelajaran.
• Menghasilkan peserta didik yang berkepribadian, pintar, cerdas, aktif, mandiri, tidak bergantung kepada pengajar melainkan kepada dirinya sendiri.
• Peseta didik mampu bersaing atau berkomptisi dan memiliki kemampuan komunikasi yang lebih baik.
• Peserta didik mampu berpikir rasional, menemukan masalah, dan memecahkan masalah yang mereka hadapi.
• Peserta didik mampu merumuskan strategi, pendekatan, metode, atau teknik pembelajarannya sendiri untuk mendapatkan hasil yang optimal, sehingga mampu menilai hasil pembelajarannya dengan tepat.
Jadi, banyak manfaat yang bisa diperoleh dari sistem pembelajaran yang diawali oleh pandangan John Dewey dan kemudian dikembangkan oleh gugus tugas American Psychological Association (APA). Keterampilan yang kita dapatkan dari sistem pembelajaran ini dapat kita manfaatkan untuk menghadapi masa depan yang akan menjadi masa yang banjir akan informasi dan perubahan yang amat sangat cepat. Kita harus menjadi manusia yang dapat berpikir luas dan secara mandiri mencari dan menggaliinformasi-informasi dan juga mampu menghadapi masyarakat yang sangat kompleks dan stabil.


Referensi buku:


Santrock, J.W. (2009). Psikologi Pendidikan (edisi 3). Jakarta: Salemba Humanika
Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: CV Alfabeta


Referensi lainnya:

www.ditpertais.net/swara/warta17-03.asp

UAS

Monday, May 24, 2010

Diawali dengan BISMILLAHIRROHMANIRROHIIM....
Semoga lancar!!!!!.....^^

Laporan Proyek

Friday, May 7, 2010

Untuk melihat laporan proyek silahkan klik di sini.


Nama Kelompok:
09-027 Risky Amelia
09-029 Chairuna Syahputri Nst
09-057 Fadhilla Azwani
09-069 Shoffa Malini
09-087 Rini Wulandari

"HIDUP KITA; Tugas 3"

Monday, March 8, 2010

“Hidup bagaikan roda yang berputar,” rangkaian kata-kata klise yang pasti sering Anda dengar. Ya, tidak ada yang salah dengan kalimat ini, hanya mungkin banyak penyempitan di dalamnya, karena hidup yang begitu rumit dengan dinamika dan gelombangnya diumpamakan hanya dengan sebuah benda bundar yang dinamakan ‘roda’. Namun, begitulah hidup, kadang kita dibawa naik ke atas dan kadang terhempas kebawah, kadang kita bahagia dan kadang bersedih.

Sebagian besar orang mungkin tidak akan takut dan bingung saat roda kehidupan mereka membawa mereka kepuncak dan merasakan kenikmatan hidup, namun, yang menjadi masalah adalah saat roda ini turun dan mulai terbalik dan terhempas kebawah. Banyak orang yang tidak sanggup dan mencari jalan pintas atas masalahnya, tanpa mereka sadari jalan yang mereka pilih itu akan semakin menimbulkan lebih banyak masalah.

Tuhan menciptakan manusia dengan kehidupannya untuk membangun dan memperkokoh jiwanya. Pengalaman-pengalaman yang kita lalui akan memberikan hikmah yang akan berdampak positif bagi diri kita dan orang lain, baik itu pengalaman yang menyenangkan ataupun menyedihkan. Pengalaman sedih dibutuhkan bagi manusia agar menjadikan hatinya semakin kokoh dalam menghadapi kehidupan yang yang akan dijalaninya di kemudian hari. Seperti tanah, akan semakin bagus apabila sering dicangkul, dibajak, dan dicampuri pupuk, bukan tanah yang diam dan keras tanpa cangkulan yang membuatnya gembur.

Setiap manusia berbeda dalam menghadapi masalah, masing-masing kita memiliki cara dan kiat dalam menyelesaikan masalah. Ada orang yang hanya dapat meratapi masalahnya tanpa berbuat apapun, ada yang terus berusaha mencari jalan terbaik atas masalahnya, ada pula yang membiarkan masalahnya berlalu tanpa harus terlalu dipikirkan, dan ada yang dengan enjoy menikmati masalahnya. Perbedaan ini tergantung pada cara pandang kita akan sebuah masalah, karena yang menjadi masalah bukanlah persoalan apa yang datang pada diri kita, namun bagaimana feedback yang kita berikan saat masalah itu datang.

Oleh karena itu, inti dari persoalan yang kita hadapi adalah pikiran kita. Warna hidup akan tergantung dari warna kacamata yang kita pakai. Saat kita memakai kacamata yang suram, maka hidup akan terlihat suram, saat kita memakai kacamata berwarna terang, maka hidup akan terlihat terang. Maka, kacamata mana yang Anda pilih?

Saya pribadi, tidak akan memilih kedua jenis kacamata tersebut. Karena saya akan lebih memilih kacamata dengan warna bening. Kenapa? Karena saat kita memakai dan mensetting pikiran kita dengan bening dan jernih, maka warna dunia akan terlihat dengan kejujurannya, warna sebenarnya. Putih akan terlihat putih dan hitam akan terlihat hitam.

Jadi, pandanglah hidup sebagai sebuah wadah untuk meraup pelajaran dan pengalaman sebanyak-banyaknya, pandanglah hidup dengan kejujurannya yang penuh dengan sensasi dan kejutan, dan nikmatilah hidupmu. Karena bagaimanapun diri kitalah yang akan tahu dan mengerti jalan mana yang terbaik untuk diri kita, dan perjuangan kita jualah yang nantinya akan menggiring kita menuju jalan hidup kita. Temukan jalan hidupmu dengan hati dan pikiran jernihmu teman, dan tetaplah optimis!! SEMANGAT!!

Didedikasikan untuk sahabat-sahabat dan saya sendiri yang sedaang berjuang menyelesaikan dan menghadapi masalahnya masing-masing. Kata lagunya Avril Lavigene: KEEP HOLDING ON, TOGETHER WE STAND, GUYS!!


-^.^-

Tugas Proyek Kecil

Friday, February 26, 2010

Judul proyek : Bekerja dengan Pemikir Operasional Konkret

Mengacu pada Piaget, ada empat tahap perkembangan kognitif dari setiap individu yang berkembang secara kronologis, yaitu : tahap sensorimotor, tahap pra-operasional, tahap operasional konkret, dan tahap operasional formal. Dalam melewati tahapan-tahapan tersebut, individu tersebut akan dibedakan berdasarkan usia dan jalan pikran mereka. Dalam hal ini, tahap yang akan kami angkat secara lebih mendalam adalah tahap operasional konkret yang berada pada rentang usia 7-11 tahun.
selanjutnya
Proposal klik disini

dokumentasi foto


Nama Kelompok:

09-027 Risky Amelia
09-029 Chairuna Syahputri Nst
09-057 Fadhilla Azwani
09-069 Shoffa Malini
09-087 Rini Wulandari

“Antara Copas (copy-paste), Academica, dan Ubiquitous Computing; Tugas 2”

Sunday, February 21, 2010

Teknologi, merupakan hal yang sedang hangat dibicarakan karena kehebatan dan kepraktisannya membantu manusia dan menutupi keterbatasan manusia dalam hidupnya. Jika ditinjau dari maknanya, teknologi berasal dari bahasa Perancis, yaitu La Teknique yang dapat diartikan sebagai “semua proses yang dilaksanakan dalam upaya untuk mewujudkan sesuatu secara rasional”. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia bahkan sudah tidak bisa lagi dipisahkan dari teknologi, yang telah mempermudah dan memberikan banyak manfaat pada penggunanya.

Namun, terlepas dari kata teknologi yang erat dengan benda-benda canggih nan millennium ‘hasil karya’ manusia, sebenarnya dari munculnya teknologi juga telah menjadi pencipta atau sistem yang dapat membuat suatu budaya baru, komunitas baru, bahkan dunia baru yang menghubungkan manusia di seluruh dunia. Inilah yang mengakibatkan munculnya era ubiquitous computing.

Ubiquitous Computing

Ubiquitous computing salah satu budaya yang muncul dari berkembang pesatnya teknologi. Ubiquitous yang artinya adalah ‘ada dimana-mana’, jika digabungkan dengan computing, maka akan memiliki arti ‘komputer ada dimana-mana’. Maksudnya, komputer yang dulu digunakan secara terbatas oleh beberapa orang saja, namun kini telah mencapai tahap “one person, many computers”, karena komputer sudah dapat ditemukan dimana saja, dan dipakai oleh siapa saja, baik di handphone, mesin game, dan lainnya.

Dari fenomena yang telah ditimbulkan teknologi, pasti ada keuntungan dan kerugian yang didapat. Salah satunya yaitu komputer dan internet yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi dalam kehidupan akademik maupun sosial kita. Salah satu budaya yang terus meningkat dan berkembang dari masuknya teknologi kedalam civitas academica adalah copy paste dan e-learning. Di bidang akademik, tidak sedikit murid, mahasiswa, bahkan dosen yang memanfaatkan ‘kepraktisan’ yang tersedia ini.

e-learning

Ditinjau dari kata per kata, istilah e-learning berasal dari kata electronic dan learning, yang berarti adalah belajar dengan menggunakan alat elektronik atau teknologi komputer, internet, dan lainnya. Dengan e-learning ini, pelajar dapat melakukan proses belajar dalam jarak jauh, tanpa bertemu langsung atau face to face. Media dalam e-learning tidak hanya dengan jaringan internet atau komputer, namun juga dapat menggunakan CD/DVD.
Ada beberapa pengertian berkaitan dengan e-learning sebagai berikut:
•Pembelajaran jarak jauh,
•Pembelajaran dengan perangkat komputer,
•Pembelajaran formal vs informal,
•Pembelajaran yang ditunjang oleh para ahli di bidang masing-masing.

Keuntungan menggunakan e-learning sangat banyak, diantaranya adalah;

•Menghemat waktu proses belajar mengajar,
•Mengurangi biaya perjalanan,
•Menghemat biaya pendidikan secara keseluruhan (infrastruktur, peralatan, buku),
•Menjangkau wilayah geografis yang lebih luas,dan
•Melatih pelajar lebih mandiri dalam mendapatkan ilmu pengetahuan.

Namun, dari beberapa keuntungan yang didapat dari e-learning, ada beberapa kerugian yang ditimbulkannya. Dengan munculnya budaya ini, maka didapatilah budaya buruk yang ditimbulkannya, salah satu yang sangat merajalela adalah budaya “copy paste”.

Copy Paste

Salin tempel atau yang lebih dikenal dengan istilah copy paste, merupakan hal yang kini sangat sering kita temui. Terutama dalam bidang akademik, copy paste sering sekali dilakukan oleh para murid, mahasiswa bahkan dosen. Kepraktisan dan keinstanan yang ditawarkan dengan adanya teknologi ini membuat sebagian orang melakukannya. Sebenarnya, copy paste merupakan hal yang tidak dilarang, asalkan mencantumkan sumber dan nama penciptanya, namun, keinginan sukses dengan cara singkat membuat sebagian orang terperosok di dalamnya.

Saya pernah mendengar salah satu dosen saya di Fakultas Psikologi USU, Ibu Fillia Dina Anggraeni, M.Pd memberitahu bahwa ada seorang ‘profesor copas’ yang terbukti mendapatkan gelar professor dari hasil copy paste. Dan juga, hasil penelitian mengenai meningkatnya budaya ini juga terlihat dari besarnya persentase angka yang menunjukkan tingkat copy paste yang dilakukan oleh para guru yang melakukan sertifikasi.

Jadi, tidak dapat dipungkiri bahwa kemudahan dan kepraktisan yang ditawarkan teknologi tidak hanya membantu meningkatkan pengetahuan semata, namun juga memerosotkan kemampuan berpikir dan kreativitas penggunanya. Oleh karena itu, ambil sikap teratur dan bijaksana saat kita hendak meraih cita-cita dan kesuksesan, jangan hanya berpikir instan.



DAFTAR PUSTAKA
Santrock, J.W. (2009). Psikologi Pendidikan (edisi 3). Jakarta: Salemba Humanika
Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: CV Alfabeta
www.wikipedia.com
www.google.com

hasil diskusi 2

Wednesday, February 10, 2010

Ibu Dina memberikan kami permainan kelompok yaitu menyuruh kami untuk membuat kapal layar sebanyak-banyaknya yang dilengkapi oleh tiga komponen dasar yang terdiri dari layar, tiang dan badan kapal dengan waktu yang ditentukan. Setelah itu semua kapal yang telah dibuat oleh masing-masing anggota dijumlahkan. Kami hanya bisa membuat 38 kapal. Sedangkan kelompok lainnya bisa sampai ratusan, sehingga kami berada di urutan yang paling akhir. Kemudian kami diberikan semacam tusuk sate yang diatasnya terdapat gambar binatang (tidak semua anggota mendapat gambar binatang yang sama). Setelah itu kami disuruh untuk membuat kalimat yang didalamnya terdapat kata binatang dan juga jumlah dari masing-masing kapal yang kami buat. Kemudian kalimat dari masing-masing anggota disatukan dan dijadikan sebuah paragraf. Dan kami harus mempresentasikannya. Paragraf yang kami dibuat yaitu “Pada hari minggu pagi, adik dan ibu pergi berlibur ke rumah kakek dan nenek. Di rumah kakek dan nenek saya ada 10 ekor ayam. Kemudian ayam kakek bertelur sebanyak 7 butir. Di rumah kakek dan nenek, adik memelihara ikan mas koki. Ikan mas koki adik ada 8 ekor. Pada sore harinya, ibu menjual 8 ayam betina di pasar dari hasil ternak kakek. Kemudian sepulangnya dari pasar, ibu membeli 5 bungkus sate ayam untuk makan malam bersama kakek dan nenek.” Dari permainan tersebut, maka hal positif yang dapat diambil adalah kita dapat melatih berpikir cepat, memberi alasan yang logis, serta melatih kekompakkan kerja didalam tim.


testimonial:

Media pembelajaran yang simple namun menarik, membuat keadaan kelas menjadi bersemangat dan juga dengan adanya media pembelajaran, dapat meningkatkan ketertarikan para peserta didik untuk dapat mengerti dan melakukan kegiatan belajar dengan riang.
jadi, pentingnya media pembelajaran digunakan dan dimanfaatkan dalam suatu proses belajar mengajar.



Nama Kelompok :
09-027 Risky Amelia
09-029 Chairuna Syahputri Nst
09-057 Fadhilla Azwani
09-069 Shoffa Malini
09-087 Rini Wulandari

“Belajar Menuju Pembelajaran Aktif; tugas 1”

Belajar merupakan kegiatan yang pasti terjadi dalam hidup manusia. Dari bayi hingga dewasa, kegiatan ini akan selalu berlangsung, baik disadari maupun tidak disadari, baik di lembaga formal maupun lingkungan sekitar (nonformal). Begitu pula saya, dapat tumbuh dan berkembang seperti sekarang juga karena karena proses belajar. Kebanyakan orang, menganggap belajar adalah proses yang hanya terjadi di lembaga formal, seperti sekolah ataupun kampus. Namun, di lingkunganpun kita bisa belajar dari orang-orang di sekitar kita.

Pembelajaran Berpusat pada Peserta Didik (Learner Centered Training)

Sewaktu saya masuk di kelas VII ( I SMP ), beberapa sekolah di Indonesia termasuk sekolah saya sudah mulai menjalankan sebuah kurikulum baru dari pemerintah yaitu system Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), dalam kurikulum ini, menekankan pada kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan suatu jenjang pendidikan. Kompetensi yang sering disebut dengan standar kompetensi adalah kemampuan yang secara umum harus dimiliki lulusan. Kompetensi menurut Hall dan Jones (1976: 29 ) adalah “pernyataan yang menggambarkan penampilan suatu kemampuan tertentu secara bulat yang merupakan perpaduan antara pengetahuan dan kemampuan yang dapat diamati dan diukur”. (www.ditpertais.net/swara/warta17-03.asp).

Dan dalam kurikulum ini, ditekankan bahwa para siswa harus menjadi pembelajar aktif (actif learner) karena menggunakan system pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (Learner Centered Training). Awalnya, saya merasa sangat kesulitan dengan sistem yang baru saya jalani ini, karena setiap materi yang baru,dijelaskan dengan cara presentase dengan teman-teman saya sendiri yang juga belum terlalu menguasai materi tersebut. Disetiap mata pelajaran dilakukan diskusi yang tidak jarang kemudian akan menjadi sebuah acara ‘debat terbuka’. Kekeliruan atau ketidaksempurnaan berjalannya sistem ini dikarenakan kami (para pengajar dan murid) masih dalam tahap belajar, atau yang lebih tepat disebut belajar menuju pembelajaran aktif. Sang pengajar yang sedang belajar untuk menyesuaikna dengan kurikulum baru itu, dan juga para murid yang juga sedang belajar mengendalikan diri dan lebih aktif untuk mencari informasi sebanya-banyaknya serta mempersiapkan bahan sebelum materi pelajaran dipresentasekan. Namun, setelah menjalaninya, banyak manfaat yang bisa didapat dari sistem ini.

Manfaat Pembelajaran Berpusat pada Peserta Didik

Pembelajaran berpusat pada peserta didik merupakan pembeajaran yang lebih berpusat kepada kebutuhan, minat, bakat dan kemampuan peserta didik, sehingga pembelajaran akan menjadi sangat bermakna.
Dalam buku Kurikulum Berbasis TIK karya DR.Munir, M.IT, manfaat dari sistem pembelajaran ini adalah:
• Peserta didik akan lebih termotivasi untuk belajar walaupun ia tidak diawasi oleh pengajarnya.
• Peserta didik ikut serta dalam merumuskan, mengembangkan, dan memproses materi pembelajaran.
• Menghasilkan peserta didik yang berkepribadian, pintar, cerdas, aktif, mandiri, tidak bergantung kepada pengajar melainkan kepada dirinya sendiri.
• Peseta didik mampu bersaing atau berkomptisi dan memiliki kemampuan komunikasi yang lebih baik.
• Peserta didik mampu berpikir rasional, menemukan masalah, dan memecahkan masalah yang mereka hadapi.
• Peserta didik mampu merumuskan strategi, pendekatan, metode, atau teknik pembelajarannya sendiri untuk mendapatkan hasil yang optimal, sehingga mampu menilai hasil pembelajarannya dengan tepat.
Jadi, banyak manfaat yang bisa diperoleh dari sistem pembelajaran yang diawali oleh pandangan John Dewey dan kemudian dikembangkan oleh gugus tugas American Psychological Association (APA). Keterampilan yang kita dapatkan dari sistem pembelajaran ini dapat kita manfaatkan untuk menghadapi masa depan yang akan menjadi masa yang banjir akan informasi dan perubahan yang amat sangat cepat. Kita harus menjadi manusia yang dapat berpikir luas dan secara mandiri mencari dan menggaliinformasi-informasi dan juga mampu menghadapi masyarakat yang sangat kompleks dan stabil.


Referensi buku:


Santrock, J.W. (2009). Psikologi Pendidikan (edisi 3). Jakarta: Salemba Humanika
Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: CV Alfabeta


Referensi lainnya:

www.ditpertais.net/swara/warta17-03.asp

 

Be a Psychologist Copyright 2009 Sweet Cupcake Designed by faris vio Templates Image by vio's Notez